ISLAMABAD - Arkeolog Italia, Luca Maria
Olivieri meneliti sebuah pekuburan kuno di suatu bukit yang menghadap
lembah Swat. Reruntuhan tersebut masih dalam pengujian menggunakan
teknik carbon dating, namun diyakini menyimpan anggota komunitas Dardic.
Dilansir dari NPR, Rabu (5/12/2012), komunitas Dardic mendominasi wilayah bagian Pakistan itu pada masa 3.000 tahun silam. Selain itu juga dipercaya bahwa Alexander the Great pernah melakukan pertempuran di sana, tepatnya di desa Udegram.
Di dalam kuburan tersebut, para peneliti menemukan 32 buah kuburan yang tersegel. Olivieri berpendapat, situs purbakala itu mengungkap penguburan komunitas tersebut dan ritual pasca penguburan.
"Jadi, kuburan ini sebelumnya terbuka, dibuka ulang, dikubur ulang lalu diisi, dikosongkan dan diisi kembali selama beberapa kali karena kuburan itu milik sebuah keluarga yang telah menggunakannya lebih dari satu generasi," ujarnya.
Para arkeolog juga menemukan benda-benda seperti penjepit rambut dan kumparan, panci yang terawetkan dengan baik, ornamen dari tembaga serta perunggu dan beberapa potong besi. Olivieri mengatakan, hasil uji carbon dating mungkin akan membuktikan bahwa fragment tersebut merupakan jejak besi paling tua yang ada di sana.
Namun di sana, mereka sama sekali tidak menemukan senjata. Isi kuburan tersebut tampaknya benar-benar dipilih dengan hati-hati untuk menunjukkan nilai komunitas kuno.
"Jika kami mempertimbangkan hal ini, pengumpulan tersebut merupakan bukti positif mengenai apa yang peradaban itu ingin tunjukkan, bahkan pada dirinya sendiri. Hal itu adalah sesuatu yang paling penting bagi mereka," imbuh Olevieri. (yhw)
Dilansir dari NPR, Rabu (5/12/2012), komunitas Dardic mendominasi wilayah bagian Pakistan itu pada masa 3.000 tahun silam. Selain itu juga dipercaya bahwa Alexander the Great pernah melakukan pertempuran di sana, tepatnya di desa Udegram.
Di dalam kuburan tersebut, para peneliti menemukan 32 buah kuburan yang tersegel. Olivieri berpendapat, situs purbakala itu mengungkap penguburan komunitas tersebut dan ritual pasca penguburan.
"Jadi, kuburan ini sebelumnya terbuka, dibuka ulang, dikubur ulang lalu diisi, dikosongkan dan diisi kembali selama beberapa kali karena kuburan itu milik sebuah keluarga yang telah menggunakannya lebih dari satu generasi," ujarnya.
Para arkeolog juga menemukan benda-benda seperti penjepit rambut dan kumparan, panci yang terawetkan dengan baik, ornamen dari tembaga serta perunggu dan beberapa potong besi. Olivieri mengatakan, hasil uji carbon dating mungkin akan membuktikan bahwa fragment tersebut merupakan jejak besi paling tua yang ada di sana.
Namun di sana, mereka sama sekali tidak menemukan senjata. Isi kuburan tersebut tampaknya benar-benar dipilih dengan hati-hati untuk menunjukkan nilai komunitas kuno.
"Jika kami mempertimbangkan hal ini, pengumpulan tersebut merupakan bukti positif mengenai apa yang peradaban itu ingin tunjukkan, bahkan pada dirinya sendiri. Hal itu adalah sesuatu yang paling penting bagi mereka," imbuh Olevieri. (yhw)