Dunia entrepreneur (kewirausahaan/pengusaha) kehilangan inspiratornya,
Bob Sadino. Pengusaha sukses, yang mulai dari susah payah, jatuh bangun,
dengan kesederhanaan, dan suka berbagi kiat sukses kepada siapapun yang
mau buka usaha, itu pergi meninggalkan kita selamanya. Bob telah
memberikan bukti, betapa susah sekaligus nikmatnya berbisnis. Mungkin
gagal mungkin sukses. Tapi, Bob bukan sekadar bicara layaknya
motivator-motivator yang sering tampil di TV yang tak pernah punya
bisnis, cuma bicara saja, tapi Bob memberi contoh kehidupannya. Nyata,
fakta, bukan maya dan khayal yang cuma dibungkus kata dan kalimat indah.
Meski sudah meninggal, Bob akan dikenang. Banyak ilmu yang ditorehkan
dari segala upaya dan usahanya yang riil selama ini. Juga dibukukan dan
sering diseminarkan. Rendah hati dan mau berbagi pada siapapun yang mau
usaha. Ia sengaja begitu karena mau menyisakan dokumentasi penting: Saya
tak mau pengalaman dan pengetahuan saya terkubur bersama tubuh saya
ketika mati kelak. Ucapan ini memiliki pesan yang kuat, hari-hari ini.
Dia membuktikan ketika dia sudah wafat. Beberapa grup atau komunitas
wirausaha atau berusaha, seperti Tangan Di Atas (TDA), Akademi Berbagi,
Entrepreneur Jakarta, Entrepeneur Corner Kaskus, Just Do Action (JDA
Community), Ads-ID, Komunitas Entrepreneur Muda (KEM), Ciputra
Entrepreneurship, dan masih banyak lagi, ramai membicarakan perginya
bapak entrepreneur nyentrik ini. Bukan sekadar berita wafatnya, tapi
menggali kembali wisdom, nasihat, dan ajaran-ajarannya, justru ketika
makamnya justru belum digali.
Bagi para pengusaha, Bob Sadino adalah teladan, guru hidup, juga punya
ajaran jelas karena terdokumentasi dalam beberapa buku seperti Belajar
Goblok dari Bob Sadino, Bob Sadino: Mereka Bilang Saya Gila, dan
berbagai tulisan orang yang mensarikan dari ucapan-ucapannya di seminar.
Beberapa pelajaran yang singkat misalnya; (1) kalau mau bisnis harus
berani, (2) jangan terlalu banyak analisis, (3) sadar sukses tidak
instan, (4) punya mimpi/cita-cita besar, (5) yakin & positif
thinking.
Bob, namanya lengkapnya Bambang Mustari Sadino, lahir Lampung 9 Maret
1933 lalu, anak kelima dari lima bersaudara keluarga Sadino. Dia dikenal
suka celana pendek, bilang pikirannya pendek, tapi meyakini langkah
panjang dimulai dari langkah yang pendek-pendek. Ayahnya, Pak Sadino,
seorang guru asal Solo yang mengajar sekolah lanjutan di Bandarlampung.
Bob menemui kenyataan hidup yang membelokkan seluruh hidupnya ketika 19
tahun, saat ayahnya meninggal. Harta orang tuanya dipakai jalan-jalan
sampai Belanda. Bekerja di sana, mulai dari bawah, pegawai rendahan dan
kotor. Pernah jadi karyawan Unilever, Jakarta Lloyd (Amsterdam dan
Hamburg), akhirnya sadar hidup jadi karyawan tak akan mengubah drastis
mimpinya. Dia pulang ke Jakarta dengan mobil Mercy-nya, disewakan dan
dia jadi sopir sekaligus. Mobilnya tabrakan, dia bangkrut dan stress.
Lalu ternak ayam petelor, mulailah merambah usaha makanan, sayur
hidroponik, buka supermarket Kemchick dan suplier sosis Kemfood, sayuran
hydroponik KemFarm. Itulah sekelumit liku hidupnya. Sebagai aksentuasi
simbol mengenangnya, adalah bapak entrepreneur bercelana pendek.
Anda setuju dengan ucapan beliau?
Sumber : merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar