Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Oktober 2015

Dari kesehariannya sendiri karakter anak terbentuk



Kadang kita sering menyalahkan proses pendidikan di sekolah. Sekolah tidak bisa membentuk karakter anak. Apa benar seperti itu? Mari kita sedikit dalami permasalahan tersebut. Yakni mengapa anak tidak memiliki karakter dan sikap yang baik? 

Apa penyebab kemerosotan moral, lemahnya karakter dan sikap yang buruk pada anak usia sekolah?
Ya banyak faktor yang menyebabkan itu terjadi. Kita perhatikan saja kehidupan anak-anak pada saat bangun tidur sampai ia tidur lagi. Apa yang mereka lakukan? Bangun tidur apa yang mereka lakukan? Di sekolah apa yang mereka belajar dengan baik dan benar? Apa yang mereka lakukan dengan teman-temannya di sekolah? Apa kegiatannya selepas sekolah? Apa yang mereka lihat di TV, HP, Note book, laptop, Smartphone, atau tablet mereka? Apa yang mereka baca? Ya, anak belajar dari proses kehidupannya sendiri bukan? Jika kehidupan anak itu baik ia akan terdidik dengan baik, jika keseharian anak itu buruk ia akan mempelajari hal-hal buruk. 

Apa yang harus kita lakukan?

Menciptakan keseharian kehidupan yang baik buat mereka.

Kamis, 22 Januari 2015

Menjaga Pernikahan Jarak Jauh

Menjaga percikan api asmara tetap hidup dalam pernikahan jarak jauh membutuhkan banyak usaha dan banyak kesabaran, tetapi dengan tetap positif dan menunjukkan cinta Anda untuk satu sama lain, Anda dan pasangan bisa terus berdekatan tidak peduli seberapa jauh Anda berdua.

1. Berkomunikasi. Berbicara di telepon setidaknya sekali sehari jika mungkin, dan email tiap hari atau beberapa hari. Bicara tidak hanya tentang apa yang Anda lakukan hari itu, tapi katakan pasangan Anda mengenai pertimbangan atau kekhawatiran yang Anda mungkin akan mengalami dan menyentuh berdasarkan keuangan Anda. Proiritaskan waktu untuk berbicara dengan pasangan Anda.

2. Percaya pada pasangan Anda dan buat diri anda dapat dipercaya. Menghabiskan waktu yang cukup terpisah dapat menciptakan keraguan dan kekhawatiran. Yakinkan pasangan Anda bahwa anda tetap jatuh cinta dengan dia, dan biarkan dia tahu kalau Anda membutuhkan jaminan bahwa dia melakukan yang sama. Ini akan membantu Anda berdua untuk memiliki kepercayaan yang penuh dan total pada satu sama lain selama waktu Anda terpisah.

3. Kunjungi satu sama lain bila memungkinkan. Merencanakan kunjungan sangat bernilai ketika artinya lebih banyak waktu berharga yang dihabiskan secara pribadi dengan pasangan Anda.

4. Jadilah sayang dan penuh kasih satu sama lain. Teratur memberitahu pasangan Anda bahwa Anda mencintainya dan ada untuknya. Jika salah satu dari Anda sedang kesulitan, memberikan waktu ekstra berbicara di telepon atau membuat kunjungan mendadak untuk menunjukkan Anda berdua memang perhatian merawat dan jatuh cinta satu sama lain.

5. Bawa foto dan video Anda dan pasangan Anda sehingga Anda memiliki kenangan konkret untuk mengingatkan Anda tentagn kenangan indah bersama-sama. Anda mungkin merasa sendirian dan sedih karena menghabiskan begitu banyak waktu jauh dari pasangan Anda. Foto dan video akan memberikan kenangan indah bagi Anda saat terpisah.

6. Saling mengirim hadiah kecil dan kartu secara teratur. Ini akan membantu Anda dan pasangan merasa lebih dekat.

7. Rencanakan kegiatan atau perjalanan yang menyenangkan sehingga Anda memiliki saat yang menarik untuk dinantikan.



Rabu, 21 Januari 2015

Efek Buruk Bertengkar Depan Anak

Jika anak sering melihat Anda dan pasangan bertengkar, mereka bisa meragukan kebahagiaan dan kedamaian yang dijanjikan sebuah ikatan perkawinan. Kemungkinan terbesar, jika orang tua tidak menyadari hal ini, anak akan mengalami trauma. Bisa jadi, setelah anak beranjak remaja dan dewasa, dia akan malas atau takut menikah, sebab dalam pikirannya untuk apa menikah kalau nantinya selalu diisi pertengkaran.

Efek lain anak sering menyaksikan orangtua bertengkar adalah anak dapat menjadi individu minder dan tidak percaya diri. Sebab, mendengar orangtua yang disayanginya bertengkar bisa melukai hati anak. Dia pun kerap kebingungan menempatkan posisi di mana harus berada, membela mama atau papa? Perasaan dilematis inilah yang kemudian mengganggu pemikirannya. 

Jadi, jikapun terpaksa beradu mulut di depan anak-anak, usahakan untuk tetap menjaga kesopanan tanpa kekerasan. Berikut beberapa tips apabila pasangan terpaksa bertengkar di hadapan anak-anak:

1. Jangan melibatkan kekerasan fisik

Pasangan tidak boleh saling memukul atau melempar barang-barang. Jangan membuat anak-anak Anda semakin takut dengan melakukan hal-hal yang melanggar serta membanting pintu.

2. Anak-anak dapat merasakan perang dingin

Jangan berpikir anak-anak tidak dapat merasakan perang dingin orang tuanya yang bertengkar dan saling 'diam'.

3. Jangan meminta anak-anak memilih

Saat bertengkar dengan pasangan, jangan membuat anak-anak bingung dengan menyuruh melaporkan kelakuan pasangan atau memilih salah satu diantara orangtuanya.

4. Lindungi anak-anak dari informasi tertentu

Jangan mengungkapkan informasi selama pertengkaran mengenai keuangan, kehidupan seks, kebiasaan Anda berdua, kekhawatiran memgenai pekerjaan dan sebagainya. Mereka akan terpengaruh dan turut cemas

5. Cari solusi segera

Terkadang Anda dan pasangan tak dapat menghindari bertengkar di hadapan anak. Cobalah untuk melakukannya hanya jika kalian berdua dapat menyelesaikan masalah tersebut. Ini mengajarkan anak-anak bahwa bertengkar juga bisa mendatangkan solusi.

Lebih penting lagi, selama bertengkar Anda bisa memperlihatkan kasih sayang dan sesekali bercanda, meski tidak mudah. Bila dapat mengelola konflik dan pertengkaran dengan baik, akan membawa pelajaran berharga bukan saja bagi Anda berdua tetapi juga bagi anak-anak.

sumber: parenting.co.id


Selasa, 20 Januari 2015

Agar Anak Tidak Pemalu

Pemalu di usia balita, adalah hal yang wajar. Usia balita adalah dimana anak perlu banyak belajar tentang hal baru, termasuk sifatnya yang jadi pemalu. Biasanya anak yang pemalu dikarenakan jarang bertemu orang, yang biasa dilihatnya hanya ayah dan ibunya. Sehingga saat tamu berkunjung ke rumah atau diajak main ke rumah tetangga, anak menjadi malu atau tidak berani. Berikut cara mengatasinya:

# Ajak anak ketempat ramai
Bisa kepasar tradisional, ke mal atau main ke tetangga. Sehingga sifat pemalu si anak lama kelamaan akan berkurang atau bahkan hilang.

  # Puji anak di depan orang yang baru Ia kenal
Memberi pujian sesekali kepada anak, tentu akan membuatnya bahagia. Seperti “Iihhh pintarnya anak bunda.”

 # Beri contoh cara bersosialisasi yang baik
Bisa dengan membiasakan memberikan salam atau berjabat tangan dengan setiap orang yang ditemui.

 # Buatlah suasana sesantai mungkin.
Sering-seringlah mengajaknya bermain atau komunikasi dan ciptakan suasana senyaman mungkin untuk anak.

 # Berilah kata penyemangat
Saat anak mencoba sesuatu yang baru sesekali Anda memberinya kata-kata penyemangat. Misalnya “Ayo nak, Ibu percaya kamu pasti bisa, tidak usah malu ya!”