WASHINGTON – Para ilmuwan selama beberapa dekade ini
berkutat mencari jawaban atas misteri ‘faint young Sun paradox’.
Paradoks ini pertama kali dikemukakan oleh Carl Segan dan George Muller
didasari dua fakta yang sulit untuk dipertemukan pada 1972.
Adapun kedua fakta yang berlawanan tersebut menjelaskan bahwa bagaimana
Bumi cukup hangat dan layak huni bagi kehidupan sejak tiga miliar tahun lalu, meskipun di saat yang sama Matahari sudah mulai meredup hingga 20 persen.
Selama
bertahun-tahun lamanya berbagai solusi telah diusulkan untuk pemecahan
masalah yang membingungkan ini. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa meski
Matahari mulai meredup, tetapi angin bola panas itu lebih kuat. Sehingga, tetap dapat memancarkan panas ke Bumi.
Sementara
ilmuwan lain berpendapat, tingkat karbon dioksida dan gas metana yang
tinggi di atmosfer telah menciptakan efek rumah kaca yang menahan panas
di planet ini. Tetapi, belum ada seorang pun yang mampu menemukan jalan
tengah dari perdebatan ini.
Silang pendapat tersebut tidak
mengurungkan niat seorang mahasiswa doktoral, Eric Wolf dari University
of Colorado di Amerika Serikat (AS) untuk membuat sebuah model tiga
dimensi (3D) terkait kompleksitas antara iklim Bumi dan Matahari yang
disebut-sebut telah meredup 20 persen kala itu.
Dilansir
LATimes,
Sabtu (13/7/2013), Wolf mengungkapkan, hal ini dimaksudkan untuk
‘menambal’ model iklim sebelumnya yang menggunakan satu dimensi.
Sehingga tidak memasukkan faktor iklim penting, seperti awan, angin, dan
lautan es.
Sedangkan dalam model 3D yang dikembangkan Wolf
menjelaskan, meski banyak lapisan es pada peiode Arkean yang membeku
tetapi di saat yang sama cukup hangat untuk mendukung cairan (air) di
khatulistiwa.
“Bahkan jika setengah dari permukaan Bumi berada di
bawah titik beku, sementara setengah wilayah lainnya berada di atas
titik beku seperti pada saat Arkean, planet kita tetap layak huni.
Setidaknya, 50 persen lautan masih tetap terbuka,” kata Wolf.
Untuk
membuat model 3D itu, Wolf menggunakan program komputer yang untuk
meramalkan perubahan iklim masa kini. Diketahui Bumi pada 2,8 miliar
tahun yang lalu tidak terdapat oksigen dan ozon, melainkan mengandung
karbon dioksida dan gas metana lebih banyak. Disertai sedikit tanah dan
awan pada saat itu.
Meski demikian, Wolf tidak dapat memastikan
seperti apa iklim yang ada pada masa awal terbentuknya Bumi karena masih
terlalu namual variable yang tidak dapat dipastikan, seperti berapa
persisnya kandungan karbon dioksida dan metana di atmosfer.
Ia
mengatakan bahwa dengan menggunakan model 3D kompleks yang
dikembangkannya ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk
menjawab misteri ‘faint young Sun paradox’ yang selama ini masih
menjadi pedebatan.