Senin, 01 Juli 2013

Menristek: Radioisotop Indonesia Mulai Dilirik Dunia

MEDAN - Radioisotop Indonesia, khususnya yang sering digunakan untuk bidang kesehatan, mulai menjadi perhatian dunia. Bahkan Amerika Serikat (AS) yang merupakan negara konsumen radioisotop terbesar di dunia pun melirik Indonesia, setelah Kanada kehilangan kekuatan produksi radioisotop.

Hal tersebut disampaikan Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, usai membuka rapat pertemuan IPTEK dan Inovasi Strategis APEC, di Medan, Senin (1/7/2013).

"Seperti AS, selama ini mereka mengandalkan pasokan dari Kanada. Tapi karena kebutuhan semakin tinggi, sementara produksi Kanada cenderung turun, perhatian (melirik) tertuju ke kita," ujar Gusti. 

Menurutnya, ini adalah peluang besar yang harus dimanfaatkan Indonesia. “Apalagi, risetnya kita sudah punya. Dan selama ini kita belum memproduksi secara maksimal,” lanjutnya.

Dalam kerangka pengembangan produksi radioisotop ini, Indonesia mendapat keuntungan. Karena delegasi negara-negara APEC secara keseluruhan telah menyepakati kerjasama menaikkan biaya riset, untuk memajukan semua negara anggota.

"Ini kan komoditas yang berteknologi tinggi. Kalau ada insentif berupa biaya riset, tentunya kita diuntungkan. Tinggal lagi, bagaimana nanti KTT bisa menyetujuinya,"terang hatta.

Sementara itu, Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya, Kementerian Luar Negeri,  M Wahid Supriyadi, menyebutkan, radioisotop itu sudah di ekspor ke beberapa negara Asia seperti ke Jepang, Korea, dan Malaysia.
      
"Yang terstigma selama ini kan kita minim inovasi. Tapi ternyara saat ini klita leading di pasar untuk radioisotop. Ini akan bagus untuk Indonesia, apalagi negara di Asia Pasifik lainnya sama-sama menyepakati untuk saling bersinergi menguatkan komodiyi iptek ini,"katanya.

Wahid juga mengatakan, secara diplomatis kondisi ini akan membuat posisi Indonesia semakin kokoh, di pasar. Karena sebagai pemimpin pasar, peluang Indonesia semakin besar, untuk mendapatkan informasi, dan melibatkan sumber daya dalam negeri.

"Masing-masing negara akan saling bertukar informasi dan kalau memungkinkan bekerja sama melakukan riset dan menghasilkan secara konkrit hasil penelitian itu yang tentunya dengan melibatkan swasta,"tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar