Sabtu, 06 Juli 2013

Teknik IVF Berisiko Pengaruhi Keterbelakangn Mental Anak

LONDON – Para peneliti mengatakan bahwa teknik In Vitro Fertilization (IVF) tidak menyebabkan autisme pada bayi, namun memungkinkan untuk menimbulkan risiko keterbelakangan mental. Meskipun kecil kemungkinan, tetapi secara statistik hasil itu cukup relevan.

Mereka meneliti catatan medis milik 2,5 juta anak yang terlahir dengan menggunakan teknik IVF pada 1982-2007 di Swedia. Sementara, teknik IVF sendiri sudah berhasil menghasilkan lima juta anak di seluruh Dunia sejak 1978 hingga 2012 lalu.

Hasilnya, ditemukan sebesar 1,2 persen anak yang lahir dari teknik IVF ini memiliki risiko keterbelakangan mental. Diduga prosedur IVF pada infertilitas pria menjadi penyebab utama peningkatan risiko keterbelakangan mental.

Sebab, pada prosedur ini dokter mengumpulkan gamet dari sperma untuk disuntikkan ke dalam sel telur untuk dilakukannya pembuahan. Sebagaimana diketahui, IVF dilakukan dengan cara mengumpulkan isi dari tuba falopi atau rahim setelah terjadi ovulasi alami untuk dicampur dengan sperma. Selanjutnya, sel telur (ovum) yang sudah dibuahi (zigot) kemudian ditransfer ke dalam rahim pendonor.

“Studi kami menunjukkan, pengelolaan infertilitas pada pria berhubungan erat dengan peningkatan risiko gangguan perkembangan pada keturunannya,” ungkap spesialis dari Institute of Psychiatry di king College London, Dr. Avi Reichenberg, seperti dikutip dari Softpedia, Kamis (4/7/2013).

Meski demikian, para peneliti mendorong kepada para pasangan yang akan menggunakan teknik IVF agar tidak terlalu khawatir perihal IVF dapat mempengaruhi perkembangan mental anak-anaknya kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar