WASHINGTON - Penelitian terbaru mengungkap bahwa manusia terus berevolusi. Setelah mengalamai proses panjang, sebagaimana yang diungkap teori Darwin bahwa nenek moyang manusia merupakan Kera, maka manusia modern di tengah pesatnya peran teknologi akan menunjukkan evolusi.
Evolusi yang diakibatkan peran teknologi ini diyakini mampu membentuk kembali fisik dan mental manusia. Dilansir Guardian, Kamis (11/7/2013), ada sejumlah spekulasi baru-baru ini mengenai bentuk manusia.
Beberapa literatur, termasuk buku baru berjudul The Transhumanist Reader berisikan kumpulan tulisan dan filsafat terkait transhumanism.
Istilah ini merujuk pada sebuah pergerakan yang menyatakan bahwa
peningkatan kondisi manusia melalui teknologi adalah baik, bahkan
penting dan tidak terelakkan.
Lebih ekstrem lagi, seperti yang
pernah dilaporkan Dailymail awal bulan ini, spekulasi mengungkap bahwa
bagaimana manusia bisa berevolusi dan memiliki semacam paruh, persis
Pufferfish (ikan buntal). Meskipun demikian, evolusi dianggap sebagai
proses yang rumit.
Evolusi juga merupakan proses yang lambat.
Spekulasi lainnya yang bernada 'logis', mengungkap bahwa bisa saja
manusia akan berevolusi dengan merubah warna kulit, kemampuan mendengar
dengan lebih selektif, mempunyai sayap, tulang yang lebih fleksibel,
serta memiliki tentakel (sebagai alat peraba atau perangkap).
Meskipun
kedengarannya aneh, namun ilmuwan beranggapan bahwa kemungkinan manusia
bisa beradaptasi dengan interaksi yang lebih khas dengan teknologi
melalui keyboard atau layar sentuh. Seperti diketahui, tangan manusia
memiliki ketangkasan dan bergerak secara halus.
Meningkatnya
kebutuhan untuk menggunakan antarmuka secara lebih teknis, maka evolusi
bisa saja terwujud. Evolusi juga mendorong manusia untuk mengembangkan
digit yang lebih fleksibel ketimbang saat ini, yang memungkinkan manusia
untuk dapat mengetik lebih cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar