LONDON – Para peneliti mengatakan bahwa teknik In Vitro Fertilization (IVF)
tidak menyebabkan autisme pada bayi, namun memungkinkan untuk
menimbulkan risiko keterbelakangan mental. Meskipun kecil kemungkinan,
tetapi secara statistik hasil itu cukup relevan.
Mereka meneliti
catatan medis milik 2,5 juta anak yang terlahir dengan menggunakan
teknik IVF pada 1982-2007 di Swedia. Sementara, teknik IVF sendiri sudah
berhasil menghasilkan lima juta anak di seluruh Dunia sejak 1978 hingga
2012 lalu.
Hasilnya, ditemukan sebesar 1,2 persen anak yang
lahir dari teknik IVF ini memiliki risiko keterbelakangan mental. Diduga
prosedur IVF pada infertilitas pria menjadi penyebab utama peningkatan
risiko keterbelakangan mental.
Sebab, pada prosedur ini dokter
mengumpulkan gamet dari sperma untuk disuntikkan ke dalam sel telur
untuk dilakukannya pembuahan. Sebagaimana diketahui, IVF dilakukan
dengan cara mengumpulkan isi dari tuba falopi atau rahim setelah terjadi
ovulasi alami untuk dicampur dengan sperma. Selanjutnya, sel telur
(ovum) yang sudah dibuahi (zigot) kemudian ditransfer ke dalam rahim
pendonor.
“Studi kami menunjukkan, pengelolaan infertilitas pada
pria berhubungan erat dengan peningkatan risiko gangguan perkembangan
pada keturunannya,” ungkap spesialis dari Institute of Psychiatry di
king College London, Dr. Avi Reichenberg, seperti dikutip dari Softpedia, Kamis (4/7/2013).
Meski
demikian, para peneliti mendorong kepada para pasangan yang akan
menggunakan teknik IVF agar tidak terlalu khawatir perihal IVF dapat
mempengaruhi perkembangan mental anak-anaknya kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar